Permainan sabung ayam di pulau jawa berasal dari folklore (cerita rakyat)Cindelaras yang memiliki ayam sakti dan di undang oleh Raja Jenggala, Raden Putra untuk mengadu ayam. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Reden Putrasalah satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia akan bersedia kepalanya di pancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putramenjadi milik Cindelaras. Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menauklukan ayam sang Raja. para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya.Akhirnya raja mengakui kehebatan ayam Cindelaras dan mengetahui bahwa Cindelaras tak lain adalah putranya sendiri yang lahir dari permaisurinya yang terbuang akibat iri dan dengki Sang Selir.

Sedangkan di Bali permainan sabung ayam di sebut Tajen. Tajen berasal usul dariTabuh Rah, salah satu Yadnya (upacara) dalam masyarakat Hindu di Bali. Tujuannya mulia, yakni mengharmoniskan hubungan manusia dengan bhuana agung. yadnya ini runtutan dari upacara yang sarananya mengguakan binatang kurban seperti ayam, babi, itik, kerbau, dan berbagai jenis hewan perliharaan lain. persembahan tersebut dilakukan dengan cara nyambleh ( leher kurban di potong setelah dimanterai). Sebelumnya pin dilakukan ngider dan perang sata dengan perlengkapan kemiri, telur, dan kelapa. Perang sata adalah pertarungan ayam dalam rangkaian kurban suci yang dilaksanakan tiga partai (telung perahatan) yang melambangkan penciptaan, pemeliharaan dan pemusnahan dunia. perang sata merupakan simbol perjuangan hidup.
Tradisi ini sudah lama ada, bahkan semenjak zaman Majapahit. saat itu memakali istilah menetak gulu ayam. akhir nya tahun rah merembet ke bali yang bermula dari pelarian orang-orang majapahit. sekitar tahun 1200.

Sedangkan dalam lontar yadnya praketi dijelaskan, pada waktu hari raya diadakan pertarungan suci misalnya pada bulan kesanga patutlah mengadakan pertarungan ayam tiga sehat dengan kelengkapan upakara. Bukti tabuh rah merupakan rangkaian dalam upacara bhuta yadnya dibali sejak zaman purba juga didasarkan dari prasasti batur abang 1 tahun 993 saka dan prasasti batuan tahun 944 saka.
Dalam kebudayaan Bugis sendiri sabung ayam merupakan kebudayaan telah melekat lama, menurut M Farid W makkulau, manu'(budis) atau janggang (makassar) yang berati ayam, merupakan kata yang sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Bugis di makassar. Gilbert Hamonic menyebutkan bahwa kultur bugiskental dengan mitologi ayam. hingga Raja Gowa XVI, 1 mallombasi daeng mattawang sultan hasanuddin, digelari " haaantjes can het oosten" yang bertai "ayam jantan dari timur"

Pada tahun 1562, Raja Gowa X, I Mariogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga ulaweng (1548-1565) mengadakan kunjungan resmi ke kerajaan bone dan disambut sebagai tamu negara. kedatangan tamu negara tersebut dimeriahkan dengan acara 'massaung manu'. Oleh raja gowa, daeng bontomengajak Raja Bone la tenrirawe bongkange' bertaruh dalam sabung ayam tersebut. taruhan raja gowa 100 katie emas, sedangkan raja bone sendiri mempertaruhkan segenap orang panyula ( satu kampong). sabung ayam andaradua raja penguasa semenanjung timur dan barat ini bukanlah sabung ayam biasa, melainkan pertandingan kesaktian dan kharisma. alhasil, ayam sabungan gowayang bewarna merah (jangang ejana gowa) mati terbunuh oleh ayam sabunganbone (manu bakkana bone)
Kematian ayam sabungan raja gowa merupakan fenomena kekalahan kesaktian dan kharisma raja gowa oleh raja bone, sehingga raja gowa daeng bonto merasa terpukul dan malu. Tragedi ini dipandang sebagai peritiwa siri oleh kerajaan gowa, dilain pihak, kemenangan manu bakkana bone menempatkan kerajaan bone dalam posisi psikologis. yang kuat terhadap kerajaan-kerajaan kecil yang terletak disekitarnya. dampak positifmya, tidak lama sesudah peristiwa sabung ayam tersebut serta merta kerajaan-kerajaan kecil di sekitar kerajaan bone menyatakan diri bergabung dengan atau tanpa tekanan militer, seperti ajang ale, awo, teko serta negeri tellu limpoe.
Rupanya sabung ayam pada dahulu kala di nusantara bukan hanya sebuah permainan rakyat semata tetapi telah menjadi budaya politik yang mempengaruhi perkembangan sebuah dinasti kerajaan.
0 komentar:
Post a Comment